Tak usah bangun untuk shalat malam, karena itu akan membuatmu sakit akibat kurang tidur.
Tak usah bangun sebelum fajar untuk makan sahur dan shalat subuh, karena mata mu masih perih dan udara di luar pun sangat dingin.
Tak usah bersedekah, karena kebutuhan mu sangat banyak, nanti tak cukup.
Tak usah kamu berbaik-baik dengan orang lain, karena mereka hanya akan menyakiti mu
Tak usah tilawah al-Quran, karena kamu hanya akan membaca itu-itu juga yang sudah sangat sering kamu baca.
Tak usah kamu ikut pula iktikaf, karena itu hanya perbuatan orang yang tak punya kerjaan saja.
Tak usah....tak usah kamu lakukan semua itu, kata akunya dia berulang-ulang setiap akunya aku berniat mengerjakannya.
Tidak, jawab akunya aku.
Aku mesti bangun tengah malam saat orang-orang lain tertidur lelap, karena di situ ada keampunan dan kemuliaan dariNya.
Aku mesti bangun sebelum fajar untuk sahur dan shalat subuh, karena di situ ada keberkahan.
Aku mesti bersedekah, mengeluarkan sebagian dari karunia-Nya yang telah ku terima, karena di situ ada kasih sayang.
Aku mesti berbaik-baik dengan semua orang, karena aku tak boleh memutuskan silaturrahim
Aku mesti terus menerus membaca al-Quran, karena di situ ada petunjuk bagi ku untuk kegidupanku.
Aku mesti ikut i'tikaf, karena di situ ada malam kadar yang dijanjikanNya.
Aku mesti melakukannya. Aku mesti terus melawan akunya dia yang selalu menghalangi ku bagi kebaikan.
Akunya dia adalah bu'du al-bahimah (sisi kebinatangan atau nafsu dalam diriku yang terus mendorong kepada kejahatan.
Sedangkan akunya aku adalah bu'du Al malakut/sisi kemalaikatan yang ada dalam diriku yang terus mendorong kepada kebaikan. Demikian kata al-Ghazali. Keduanya akan terus berperang. Perang melawannya tak semudah yang dibayangkan dan sungguh sangat berat. Itu sebabnya Nabi SAW mengatakan jihad yang paling utama adalah jihad seorang hamba dalam melawan hawa nafsunya.
Semoga akunya kita bisa mengalahkan akunya mereka, hingga kita jadi pemenang.
Amien.

No comments:
Post a Comment